- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
"Persahabatan Merubah Segalanya"
Inilah
Para Pemeran Drama Kali Ini..
1.
Gilang
Febriyanto sebagai Marcel (pemeran utama) yang pintar, tapi.. Selalu bersikap
sinis dan tertutup
2.
Eldwin
Ilham Murpratomo sebagai Leo (sahabat pemeran utama) yang kece tapi dia jarang
berfikir sebelum bertindak
3.
Neddyana
Pahlawaty sebagai Marsha (sahabat pemeran utama) yang tidak pernah mau meminta
ataupun menerima bantuan orang lain
4.
Adisty
Shafira. F sebagai Clarissa (sahabat pemeran utama) yang tidak pernah mau
pusing memikirkan orang lain
5.
Shofura
Fitria. K sebagai Monica (sahabat pemeran utama) yang tidak pernah peduli
pendapat orang lain
6.
Yuni
Sri Rahayu sebagai Helen (sahabat pemeran utama) yang pemalu dan tidak pernah
bisa menolak pemberian orang lain
7.
Reinaldo
Oktavian sebagai Pak.Ray (pak guru) yang sangat bijaksana
Selamat Menyaksikan…
Persahabatan Dapat Merubah Segalanya
Marcel, Leo, Marsya, Clarissa, Monica, Helen, adalah 6 siswa yang
memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Mereka dipersatukan di sekolah yang
sama. Banyak orang berfikiran jika mereka disatukan, maka tidak dapat kompak
satu sama yang lainnya. Tapi disini, semua berbeda..
Marcel, si pintar yang selalu bersikap sinis. Leo, anak yang
jarang berfikir sebelum bertindak. Marsha, orang yang tidak pernah mau meminta
atau menerima bantuan orang lain. Clarissa, orang yang tidak pernah mau pusing
memikirkan orang lain. Monica, orang yang tidak pernah peduli dengan pendapat
orang lain. Dan Helen, cewek pemalu yang tidak pernah bisa menolak permintaan
orang lain.
Kini mereka harus menjalankan tugas dari Mr. Ray yang
mengharuskan mereka berada di suatu kelompok. Tugas yang diberikan adalah
mengurus mading yang ada di sekolah mereka..
Apakah
mereka akan menjadi kompak satu sama lain? Atau justru kebaliakannya? Berikut
ini adalah kisah selanjutnya….
Sepulang sekolah…
Pak Ray : “Leo, sudah
berapa kali bapak bilang pada kamu. Berpikirlah sebelum kamu melakukan sesuatu.
Pikirkan apa resiko yang akan kamu dapatkan nantinya.”
Leo : “Iya pak saya tahu.
Tapi saya tidak terima kalau ada orang yang mengejek saya.”
Pak Ray : “Tapi tidak
dengan kekerasan. Apa kamu pikir dengan memukul orang tersebut akan
menyelesaikan masalah?”
Leo : “Tidak pak.”
Pak Ray : “Yasudah,
sebagai hukumannya saya mau kamu masuk untuk mengurus mading sekolah.”
Leo : “Bersama siapa pak?”
(tok.. tok..
tok.. terdengar suara ketukan pintu)
Pak Ray : “Silahkan
masuk.”
Marsha : “Permisi, bapak
memanggil saya dan yang lain?” (sambil
menoleh ke arah teman-temannya)
Pak Ray : “iya.”
Monisa : “Ada apa ya pak?”
Clarissa : “Apa kita ngelakuin
kesalahan.”
Helen : “Atau ada sesuatu
yang penting pak?”
Marcel : “Yang pasti bukan
karna kita bermasalah. Seperti dia.” (sambil
memegang helmnya, dia menunjuk ke arah Leo)
Leo : “Maksud kamu apa?”
Pak Ray : “Sudah sudah.
Saya memanggil kalian semua karna saya ingin meminta kalian untuk mengurus
mading sekolah kita.”
Marsha : “Kenapa mesti
kita pak?”
Pak Ray : “Seperti yang
kalian ketahui, mading sekolah kita sekarang sudah tidak begitu aktif lagi, semenjak
kakak-kakak kelas kalian yang dulu mengurus mading fokus untuk menghadapi
ujian.”
Marcel : “Lalu?”
Clarissa : “Urusannya sama
kami apa pak?”
Monica : “Jangan bilang
kita akan jadi satu kelompok untuk mengurus mading sekolah.”
Pak Ray : “Kamu benar
Monic, sekarang hanya ada Helen yang masih aktif mengurus mading sekolah. Jadi
saya minta kepada kalian untuk bekerja sama membangkitkan kembali mading
sekolah.”
Leo : “Kalau saya tidak mau
bagaimana pak?”
Pak Ray : “Kamu tidak bisa
menolak Leo, kamu sedang dalam masa hukuman.”
Marcel : “Tapi ini sama
saja kita membantu Leo menjalani hukumannya.”
Marsha : “Benar pak, kita
kan tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan Leo.”
Clarissa : “Iya pak, ini
gak adil. Leo yang berbuat kesalahan tapi kita yang kena.”
Helen : “Bukan itu maksud
Pak Ray teman-teman. Pak Ray hanya ingin kita membuat inovasi baru untuk mading
sekolah kita.”
Monica : “Tapi ini semua
berawal dari masalah Leo.”
Leo : “Kenapa semua pada
nyalahin aku sih, aku juga gak mau kaya gini. Aku gak tau apa-apa soal ini.”
Pak Ray : “Sebelumnya
bapak minta maaf, mungkin kalian tidak bisa menerima keputusan saya. Tapi untuk
kali ini saya mohon pada kalian, tolong bantu saya dan Helen mengurus mading
sekolah.”
Marcel : “Yasudahlah, saya
setuju pak.”
Marsha : “Baik pak, saya
mau membantu mengurus mading sekolah.”
Monica : “Saya juga deh
pak.”
Clarissa : “Saya ikut yang
lain, karna yang lain setuju saya juga setuju.”
Helen : “Makasih yaa
teman-teman. Semoga kita bisa bekerja sama.”
Pak Ray : “Baik, terima
kasih anak-anak atas pengertian kalian. Bagaimana dengan kamu Leo.”
Leo : “Yaa saya bisa apa
pak? Memangnya saya bisa nolak? Jadi saya setuju aja.”
(Mendengan
pernyataan Leo semua tertawa)
*Keesokan harinya, di
dalam kelas*
Helen : “Teman-teman tadi
Pak Ray nitipin pesan sama aku. Beliau bilang kita harus mengadakan rapat untuk
membahas tema apa untuk mading sekolah kita minggu ini.”
Leo : “Okesip.”
Monic : “Iya aku bisa
kok.”
Marsha : “Oke, tapi maaf
mungkin aku datang telat.”
Clarissa : “Okedeh, emang
menurut kalian tema yang bagus apa?”
Helen : “Nanti kita
omongin. Gimana Cel? Kamu bisa?”
Marcel : “Bisa, tapi
mungkin gak bisa terlalu lama.”
Helen : “Iya gak apa-apa
kok.”
(Bel pulang
berbunyi, satu persatu dari mereka datang ke perpustakaan)
Leo : “Kamu lagi apa
Helen?”
Helen : “Hah? Gak kok, gak
lagi ngapa-ngapain.”
Leo : “Masa sih? Tadi aku
lihat kamu lagi buat apa gitu?”
Helen : “Kamu mau tau aja
sih”
Leo : “Emang gak boleh
ya?”
Helen : “Hmm… boleh kok,
tapi jangan kasih tau siapa-siapa ya, Cuma kamu yang aku kasih tau.”
Leo: “Ohya? Cuma aku?
Berarti aku special buat kamu.”
Helen : “Apaansih?
Kepedean banget”
Leo : “Aku gak kepedean.
Buktinya Cuma aku yang kamu kasih tau. Namanya apa coba kalo bukan special.”
Helen : “Hah, nggak kok
nggak” (panik)
Clarissa : “Ehem… Ehem…”
Monica : “Hayo, kalian
lagi apa?”
Leo : “Paan sih.. Apaan?”
Marcel : “Udah, ayo mulai
rapat. Tapi..” (nengok kanan-kiri)
Clarissa : “Tapi apaan lagi
sih? Udah cepet, nunggu apalagi sih?”
Monica : “Pasti nungguin
Marsha. Udahlah mulai aja, lagian dia kan tadi udah bilang mau datang telat.”
Leo : “Iya udah, mulai aja
rapatnya.”
Marcel : “Eh, hm... Yaudah
deh..”
Helen : “Yaudah kita mulai
aja yaa.”
(Tiba-tiba
Marsha datang)
Marsha : “Maaf teman-teman
aku telat, udah mulai dari tadi yaa?”
Clarissa : “Belum sama
sekali malah, kita itu nungguin kamu.”
Marsha : “Maaf..”
Monica : “Yaudahlah
mending kamu duduk, supaya bisa cepet dimulai.”
Helen : “Yaudah rapat kita
mulai. Gini teman-teman, untuk edisi mading minggu ini menurut kalian tema apa
yang bagus untuk kita bahas?”
Marcel : “Menurut aku,
karena minggu ini ada hari ibu, gimana kalau kita ngebahas tentang ibu, wanita
atau apapun yang masih berhubungan dengan hari ibu.”
Marsha : “Aku setuju.”
Clarissa : “Aku juga,
temanya cocok banget.”
Monica : “Yaa, aku ikut
aja. Tapi temanya emang bagus kok.
Helen : “Oke, kita pake
tema itu. Gimana menurut kamu Leo?”
Leo : “Aku gak bisa
apa-apa. Jadi aku nurut aja sama kalian. Mau nolak pun juga percuma.”
Marcel : “Yaudah kita
semua setuju untuk edisi mading seklah minggu ini kita ngebahas tema tentang
ibu atau wanita.”
Marsha : “Ada yang udah
punya karya buat ditampilin?”
Monica : “Aku belum ada.”
Clarissa : “Aku juga, tapi
menurut aku puisi bagus buat ditampilin.”
Leo : “Helen, bukannya
kamu jago nulis puisi. Gak ada apa satu puisi yang pas buat tema ini.”
Marcel : “Aku yakin pasti
ada.”
Helen : “Ada sih, tapi gak
bagus-bagus banget.”
Marsha : “Coba kamu baca
deh puisinya..”
(Helen
membacakan karya puisinya)
Ketika
wanita menangis,
Itu
bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya,
Melainkan
justru dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya.
Ketika
wanita menangis,
Itu
bukan berarti dia tidak berusaha menahannya,
Melainkan karena
pertahanannya sudah tak mampu lagi membendung air matanya.
Ketika
wanita menangis,
Itu
bukan karena ia ingin terlihat lemah,
Melainkan
karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat.
|
Monica : “Menurut aku
bagus, banget malah.”
Marcel : “Cukup bagus kok
buat dipajang di mading.”
Clarissa : “Ia benar cel,
aku setuju banget.”
Helen : “Kalian terlalu
berlebihan, itu gak sebagus apa yang kalian bilang.”
Marsha : “Ini beneran
bagus.”
Helen : “Yaudahlah
terserah kalian aja.”
Marcel : “Jadi kita semua
setuju, puisi Helen yang akan kita pajang di mading.”
Leo : “Aku yang nempel
yaa.”
Clarissa : “Yaa emang Cuma
itu yang kamu bisa.”
Marcel : “Yaudah, rapatnya
udah selesai kan? Aku buru-buru nih.. Duluan ya..”
Marsha : “Oke, semuanya
boleh pulang, makasih buat hari ini. Sampai ketemu besok yaa.”
Yang lainnya : “Iya..”
Yang lainnya : “Iya..”
(beberapa
menit setelah Marcel pergi, HP Marsya Berbunyi)
Marsha : “Iya halo.. Ini
dari siapa ya? Apa???” (hp marsha
terjatuh karena sangat shock. Kemudian ia menangis)
Leo : “Kapu kenapa sha?”
Clarissa : “Apa yang
terjadi??”
Monica : “Siapa yang
menelfon sha?”
Helen : “Iya. Ada apa
sih??”
Marsha : “Mar… Marcel..
Marcel kecelakaan. Dia tidak sadarkan diri..” (berlari meninggalkan kelas)
Helen : “Marsha tunggu! Duh..”
(memegang kepala)
Leo : “Kamu ngak apa-apa
len?”
Helen : …. (pingsan)
Leo : “Helen!”
Monica : “Ayo bawa dia ke
uks.”
Clarissa : “Ayo..”
*Keesokan harinya*
(sebelum bel mausk berbunyi. Leo menempel
puisi karya Helen di mading sekolah. Dan mendapatkan tanggapan positif dari
seluruh siswa)
Pak Ray : “Anak-anak
tolong ikut saya ke kelas ya.”
Leo : “Baik pak” (semua anak mengangguk dan mengikuti Pak
Ray)
Marsha : “Ada apa pak?”
Pak Ray : “Begini,
mengenai mading sekolah edisi minggu ini, bapak sangat bangga pada kalian semua
Ternya kalian bisa bekerjasama dengan baik sekali.Hasilnya sangat memuaskan.”
Clarissa : “Terima kasih
pak, ini semua kan juga berkat bapak yang sudah menyatukan kami.”
Monica : “Saya baru sadar
ternya kerja sama itu gak seburuk yang saya kira.”
Pak Ray : “Iya sama-sama.
Oiya, kemaren bapak dengar Marcel kecelakaan sha? Dan Helen juga pingsan?”
Marsha : “Iya pak, kemarin
saya langsung ke rumah sakit. Ketika saya sampai hanya kepalanya yang terbentur
sehingga ia pingsan. Dan luka-luka ringan. Hari ini dia sudah bisa masuk sekolah.
Mungkin sebentar lagi dia datang. Kalau Helen, Saya ngak tahu pak.”
Leo : “Helen kemarin
memang pingsan.”
Pak Ray : “Kamu tidak
apa-apa Helen?”
Helen : “Tidak pak. Kemarin
saya hanya sedikit kecapekan. Oiya pak. Saya sudah memutuskan untuk keluar
sebagai pengurus Mading sekolah ini.”
Leo : “Hah? Kenapa?” (tiba-tiba marcel masuk)
Marcel : “Pagi.. Lho
kenapa semuanya terlihat shock?”
Marsha : “Syukurlah kamu
udah bisa masuk sekolah lagi. Helen.. Dia mau keluar dari pengurus mading.”
Marcel : “Iya.. Tapi
kenapa harus mendadak gini??”
Clarissa : “Ada apa
memangnya? Kita berbuat salah sama kamu?”
Monica : “Atau ada
kelakuan atau perkataan kita yang menyinggung kamu?”
Marcel : “Yaudah, kita
minta maaf kalau kita ada salah. Tapi tolong jangan keluar dari mading sekolah.”
Pak Ray : “Iya benar, ada
apa dengan kamu? Apa yang terjadi?”
Helen : “Maaf pak, tidak
ada apa-apa kok. Ini murni keinginan saya. Maaf juga teman-teman.Aku akan tetap
keluar dari mading sekolah.”
Pak Ray : “Baiklah, itu
sudah keputusan kamu, saya dan yang lain tidak bisa memaksa. Terima kasih atas
kerja sama kamu.”
Marcel : “Sama-sama pak.”
Leo : “Tapi pak.”
Marsha : “Sudah Leo, kita
gak bisa maksa.”
Clarissa : “Yaudahlah.”
Marcel : “Makasih untuk
selama ini.”
Monica : “Maaf kalau kita
ada salah.”
(yang lainnya
berjalan meningggalkan Leo dan Helen)
Leo : “Sebenernya apa
masalahnya?”
Helen: “Gak ada masalah
apa-apa.”
Leo : “Lalu kenapa kamu
mengundurkan diri tiba-tiba?”
Helen : “Kamu gak perlu
tau. Itu urusan ku.”
Leo : “Itu urusan ku juga,
kamu sahabat aku.”
Helen : “Sejak kapan kamu
jadi sahabat aku? Aku gak pernah minta kamu untuk jadi sahabat aku.”
Leo : “Tapi aku menganggap
kamu dan yang lain itu sahabat aku, aku dan yang lain gak mau kehilangan kamu.
Kamu berarti banget buat kita.”
Helen : “Justru itu, aku gak mau kalian ngerasa
kehilangan saat aku pergi nanti. Aku gak mau rasa sayang kalian ke aku terlalu
dalam.Yang nantinya akan bikin kalian gak bisa nerima kepergian aku.”
Leo : “Maksud kamu apa?
Aku semakin gak ngerti.Kepergian?Maksudnya?Kamu mau mati?”
Helen : “Iya, kamu bener.”
Leo : “Hah? Emang kamu
sakit apa?”
Helen : “ Tumor otak.” (pergi meninggalkan Leo yang masih berdiri
terpaku)
Leo : “Dia sakit tumor
otak, tapi sikap nya seperti gak lagi sakit apa-apa. Aneh. Gak takut mati apa.”
Clarissa : “Kenapa? Kok kamu
ngomong sendiri?”
Marsha : “Siapa yag sakit
tumor otak?”
Marcel : “Terus siapa yang
mau mati?”
Leo : “Helen..”
Marcel : “Jangan bercanda
dong. Gak lucu tau.”
Leo : “Aku gak bercanda,
aku serius. Helen sendiri yang bilang sama aku kalau dia sakit tumor otak.”
(Pak Ray
datang tiba-tiba)
Pak Ray : “Kalian sedang
membicarakan apa anak-anak?”
Marsha : “Leo pak, dia
ngada-ngada. Dia bilang ke kita semua kalau Helen sakit tumor otak.”
Clarissa : “Itu bohong kan
pak?
Pak Ray : “Itu benar, Leo
gak bohong.”
Leo : “Tuh kan bener.”
Monica : “Maksud bapak?”
Marcel : “Jangan bilang
Helen beneran sakit tumor otak?”
Pak Ray : “Helen memang
menderita tumor otak,sudah sejak 2 tahun yang lalu. Ayahnya sudah memaksanya
untuk melakukan operasi. Tapi dia menolak.”
Marsha : “Kenapa dia nolak
pak?”
Leo : “Udah bosen hidup
kali pak.”
Monica: “Hush.. Ngasal
banget sih ngomongnya.”
Clarissa: “Tau nih, lagi
serius juga. Malah bercanda.”
Marcel : “Memangnya kenapa
pak?”
Pak Ray : “Helen merasa
sudah tidak ada alasan untuk dia bertahan hidup semenjak ibunya meninggal.”
Marsha: “Tapi kan masih
ada ayahnya pak.”
Leo : “Masa dia gak mau
bertahan hidup demi ayahnya sih.”
Pak Ray : “Bapak juga
tidak tahu. Ini adalah salah satu alasan kenapa bapak meminta kalian
berkelompok untuk mengurus mading sekolah.”
Monica : “Masih gak ngerti
pak.”
Leo : “Sama.” (sambil menggaruk kepalanya)
Clarissa : “Jadi bapak
meminta kita berkelompok untuk mengurus mading sekolah, supaya Helen bisa
jadiin kita alasan untuk hidup.”
Marcel : “Dan supaya Helen
mau dioperasi?”
Marsha : “Tapi kenapa
sekarang Helen malah ngejauh dari kita pak?”
Leo : “Tadi dia bilang,
dia gak mau kita ngerasa kehilangan kalo nanti dia pergi.”
Pak Ray : “Kau benar Leo.”
Monica : “Jadi kita
sekarang harus ngelakuin apa?”
Clarissa : “Kita bujuk Helen
supaya dia mau tetep hidup demi kita, demi ayahnya, dan demi semua orang yang
sayang sama dia.”
Marsha : “Oke, besok kita
ngomong sama dia.”
Pak Ray : “Yaudah, lebih
baik kalian pulang sekarang.”
Anak-anak : “Iya pak” (secara serempak)
*Keesokan harinya*
Marsha : “Helen..”
Helen: “Kenapa?”
Clarissa : “Tentang
penyakit kamu.”
Helen : “Kalian udah tau
ya? Pasti dari Leo.” (melirik ke arah Leo)
Leo : “Hehe, maaf len.
Kamu kan gak ngelarang akau buat ngasih tau ke yang lain.”
Monica : “Ini bukan
waktunya untuk bercanda leo.”
Marcel : “Kenapa sih len
kamu gak mau berbagi rasa sakit kamu ke kita?”
Marsha : “Kita itu sahabat
kamu dan kamu sahabat kita len.”
Helen : “Kalian gak
ngerti. Aku ngelakuin ini karna aku gak mau ngeliat kalian sakit.”
Clarissa : “Tapi kita
semua ada disini buat kamu cel.”
Leo : “Kita mohon. Kamu
mau ngelakuin operasi itu.Demi ayah kamu, demi kita, demi semua orang yang
sayang sama kamu.”
Monica : “Kita mohon len,
kita semua sayang sama kamu. Kita gak mau kehilangan sahabat kaya kamu.”
Marsha : “Oke, kalau kamu
ngakmau juga. Kita bakalan nyanyiin lagu buat kamu, supaya kamu mau operasi.” (mulai bernyanyi dan memainkan gitarnya)
(tiba-tiba.. Pak Ray datang dan mendekat ke
anak-anak)
Pak Ray : “Kamu denger sendiri
kan len, banyak orang yang sayang sama kamu.”
Helen : “Iya pak, saya
baru sadar.”
Pak Ray : “Jadi gimana?
Mau jadiin mereka alasan untuk kamu hidup?
Helen : “Iya, saya mau.”
Leo : “Makasih ya len.”
Marsha : “Kemu gak akan
nyesel kok jadiin kita alasan kamu untuk hidup.”
Clarissa : “Aku yakin kamu
pasti bisa kok hidup lebih lama lagi demi kita”
Marcel : “Kita akan selalu
ada untuk kamu.”
Monica : “Sekali lagi makasih
banget yaa cel.”
Helen : “Seharusnya aku
yang berterima kasih sama kalian. Aku seneng banget bisa kenal sama kalian dan
bisa jadi sahabat kalian.”
Leo : “Yaiyalah, kalo kamu
gak mau operasi dan nanti kamu meninggal, kamu gak akan pernah bisa ketemu sama
cowok sekece aku disana,”
Marsha : “Capek deh.”
Clarissa : “Kamu itu,
pengen banget dibilang kece.”
Pak Ray : “Leo..
Leo..ckckck”
Seluruhnya: “Hahahahah…”
Persahabatan yang dapat mengubah segalanya. Memang
nanti akan ada saatnya dimana kita akan merasa kehilangan seseorang yang kita
sayang. Tapi yakin bahwa bertahan demi orang yang kita sayang dan menyayangi
kita itu jauh lebih baik daripada menyerah dengan keadaan.
SELESAISumber: http://neddyanabcd.blogspot.com
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar